Curhatan Kisah Nyata ABG Penikmat Dunia Malam
Curhatan Kisah Nyata ABG Penikmat Dunia Malam
AlarmMalam.- Memang menyimpan beragam cerita sedih, pilu dan mengharukan. Di Indonesia, banyak sekali tempat para PSK menjajakan diri di lokalisasi seperti Sunan Kuning Semarang, Dolly Surabaya, Lorong Indah (LI) Pati, Sarkem, Saritem, Tretes, Indramayu, Kemayoran, dan masih banyak lagi lainnya.
Beberapa waktu lalu, redaksi sempat bertemu dengan Citra, seorang wanita PSK yang biasa mangkal di sebuah lokalisasi di Jawa Tengah dan melakukan wawancara. Ini bukan dikemas dalam bentuk berita, tetapi cerita yang menyuguhkan sisi lain seorang PSK. Sedih, pilu dan mengharukan.
Perkenalkan, nama saya Citra (nama samaran). Usia saya 16 tahun. Saya bekerja di lokalisasi, setelah lulus sekolah menegah pertama (SMP).
Saya terpaksa memilih bekerja sebagai pelayan nafsu pria hidung belang, karena saya harus menghidupi empat anggota keluarga. Ini bukan hal yang mudah bagi saya. Kadang sedih, tapi mau bagaimana lagi. Saya tidak punya pilihan.
Ayah saya bekerja serabutan dan yang hanya bisanya menghabiskan Uang untuk bermain Casino Online Indonesia. maka dari itu setiap malam, kadang saya menangis. Lagi-lagi, saya harus berpikir bahwa saya dan keluarga harus bisa bertahan hidup. Tidak ada pekerjaan lain yang menawarkan penghasilan menggiurkan seperti ini. Saya akui, pekerjaan sebagai PSK memang menjanjikan.
Dalam satu malam saja, sekitar 8 jam, saya bisa menghasilkan uang Rp 700 ribu. Itu bersih dan saya kantongi. Namun, pengeluaran untuk make up dan mempercantik diri juga banyak.
Kalo dihitung, satu bulan saya bisa mengantongi uang Rp 21 juta. Aku bisa menghidupi keluarga dengan mudah. Memang menggiurkan, tetapi namanya perempuan, tetap hati sebetulnya menolak.
Ini kisah nyata saya sebagai seorang perempuan PSK. Jangan dicontoh atau ditiru. Cukup saya saja. Ini karena desakan ekonomi, tidak lebih. Pengalaman pahit dan pilu ini biar saya simpan dalam hati yang paling dalam.
Resiko paling miris yang saya takuti adalah soal penyakit HIV/AIDS yang bisa saja menular dengan mudah dari laki-laki yang tidur dengan saya. Aku sadar risiko itu mengerikan, tapi kembali lagi soal ekonomi.
Setiap malam aku harus melayani laki-laki untuk tidur satu ranjang dengan berbagai macam bentuk, mulai dari orang muda hingga tua. Lima sampai delapan pelanggan tiap malam meniduriku. Rasanya jenuh dan tidak merasakan apa-apa.
Aku belum punya suami, masih lajang. Baru 16 tahun, tetapi sudah malang melintang di dunia esek-esek. Kalau kebetulan ada pelanggan yang ganteng dan cakep, aku menikmatinya. Sesekali aku ingin jadi pacarnya dan menikahinya.
Tapi, Aku sadar hanya sebagai seorang wanita penghibur, tak layak bicara soal cinta. Namun, bagaimanapun juga, aku punya hati dan cinta yang merindukan kasih sayang seorang pria yang tulus.
Saya berharap, ada pangeran yang menolong saya dari dunia gelap esek-esek, menikahiku dan menjalin rumah tangga dengan baik. Aku juga punya cinta. Aku rindu itu. Ini kisah, cerita dan pengalaman pahit dariku, seorang wanita PSK yang jangan sampai kamu tiru. Camkan itu.
AlarmMalam.- Memang menyimpan beragam cerita sedih, pilu dan mengharukan. Di Indonesia, banyak sekali tempat para PSK menjajakan diri di lokalisasi seperti Sunan Kuning Semarang, Dolly Surabaya, Lorong Indah (LI) Pati, Sarkem, Saritem, Tretes, Indramayu, Kemayoran, dan masih banyak lagi lainnya.
Beberapa waktu lalu, redaksi sempat bertemu dengan Citra, seorang wanita PSK yang biasa mangkal di sebuah lokalisasi di Jawa Tengah dan melakukan wawancara. Ini bukan dikemas dalam bentuk berita, tetapi cerita yang menyuguhkan sisi lain seorang PSK. Sedih, pilu dan mengharukan.
Perkenalkan, nama saya Citra (nama samaran). Usia saya 16 tahun. Saya bekerja di lokalisasi, setelah lulus sekolah menegah pertama (SMP).
Saya terpaksa memilih bekerja sebagai pelayan nafsu pria hidung belang, karena saya harus menghidupi empat anggota keluarga. Ini bukan hal yang mudah bagi saya. Kadang sedih, tapi mau bagaimana lagi. Saya tidak punya pilihan.
Ayah saya bekerja serabutan dan yang hanya bisanya menghabiskan Uang untuk bermain Casino Online Indonesia. maka dari itu setiap malam, kadang saya menangis. Lagi-lagi, saya harus berpikir bahwa saya dan keluarga harus bisa bertahan hidup. Tidak ada pekerjaan lain yang menawarkan penghasilan menggiurkan seperti ini. Saya akui, pekerjaan sebagai PSK memang menjanjikan.
Dalam satu malam saja, sekitar 8 jam, saya bisa menghasilkan uang Rp 700 ribu. Itu bersih dan saya kantongi. Namun, pengeluaran untuk make up dan mempercantik diri juga banyak.
Kalo dihitung, satu bulan saya bisa mengantongi uang Rp 21 juta. Aku bisa menghidupi keluarga dengan mudah. Memang menggiurkan, tetapi namanya perempuan, tetap hati sebetulnya menolak.
Ini kisah nyata saya sebagai seorang perempuan PSK. Jangan dicontoh atau ditiru. Cukup saya saja. Ini karena desakan ekonomi, tidak lebih. Pengalaman pahit dan pilu ini biar saya simpan dalam hati yang paling dalam.
Resiko paling miris yang saya takuti adalah soal penyakit HIV/AIDS yang bisa saja menular dengan mudah dari laki-laki yang tidur dengan saya. Aku sadar risiko itu mengerikan, tapi kembali lagi soal ekonomi.
Setiap malam aku harus melayani laki-laki untuk tidur satu ranjang dengan berbagai macam bentuk, mulai dari orang muda hingga tua. Lima sampai delapan pelanggan tiap malam meniduriku. Rasanya jenuh dan tidak merasakan apa-apa.
Aku belum punya suami, masih lajang. Baru 16 tahun, tetapi sudah malang melintang di dunia esek-esek. Kalau kebetulan ada pelanggan yang ganteng dan cakep, aku menikmatinya. Sesekali aku ingin jadi pacarnya dan menikahinya.
Tapi, Aku sadar hanya sebagai seorang wanita penghibur, tak layak bicara soal cinta. Namun, bagaimanapun juga, aku punya hati dan cinta yang merindukan kasih sayang seorang pria yang tulus.
Saya berharap, ada pangeran yang menolong saya dari dunia gelap esek-esek, menikahiku dan menjalin rumah tangga dengan baik. Aku juga punya cinta. Aku rindu itu. Ini kisah, cerita dan pengalaman pahit dariku, seorang wanita PSK yang jangan sampai kamu tiru. Camkan itu.
Post a Comment